Mungkin ini untuk pertama kalinya ku berkata kepada mu bahwa aku, lelah.
Aku lelah sayang, begitu sangat lelah.
Kakiku terseok-seok karna selalu berlari guna mengimbangi kecepatanmu. Sayang, aku lelah.
Sayang, sepanjang perjalanan hidup ku selama hampir dua puluh tahun ini untuk pertama kalinya aku berjuang begitu sangat keras dan juga lelah begitu hebat. Kau tau alasannya? Sudah pasti ini karna berlari mengimbagi kecepatan. Iya, ini karna mu! Dan sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa kau tega membiarkan ku berjalan sejauh ini, berlari sekeras ini. Entah maksudnya apa, yang pasti itu sangat keterlaluan sayang. Kau hampir saja membuat ku mati. Ya, hampir.
Pada akhirnya aku menyerah, sayang. Selamat, atas kemenangan mu dalam perlombaan ini. Selamat karna sudah berhasil membuka mata ku selebar ini. Percakapan kita beberapa hari yang lalu menyadarkan, bahwa tidak seharusnya aku begini. Terimakasih sayang.
Selamat menerima piala hasil kemenangan mu, maafkan aku karna tidak bisa menemani mu bereuforia atas pencapaian itu. Sebab aku ingin tidur, merebah dan mengistirahatkan pikiran yang dipenuhi kelelahan.
Penat.