Dia meringkuk dalam selimutnya, bergelung selayaknya janin dalam kandungan. Kedua tangan dan kakinya dilipat hingga saling menyentuh satu sama lain. Mencari cara untuk tetap hangat. Di luar hujan, jam dinding pun sudah menunjukkan angka setengah dua pagi. Dan dia tak juga tertidur, memejamkan mata pun rasanya enggan. Mungkin ini efek segelas cappucino manis sore tadi, pikirnya mencari alasan. Berkali-kali ditatapnya ponsel, mengira kali saja bergetar atau mengedipkan cahaya. Sebenarnya dia menunggu, ada yang ditunggunya sejak kemarin. Namun batinnya belum puas sebab yang ditunggu tak juga datang. Jarum jam kini bergerak ke angka dua, tetap tidak ada tanda-tanda. Lalu diputuskannya untuk meminum segelas cappucino manis lagi besok.