In
Kutipan,
Aku tidak pernah tahu bagaimana sepantasnya sikapku ketika mendengar mu menceritakan wanita lain, ketika kau berkata merindukan dia didepan wajahku. Haruskah aku memberi mu saran ataukah kritik? Haruskah aku mengomentari atau hanya diam saja? Aku benar-benar tidak tahu. Yang ku tahu rasa sakit dada ini tak tertahan lagi, sampai aku tak bisa tidur lalu memutuskan untuk menulis di blog jam segini. Padahal sebenarnya masih banyak hal berguna yang dapat ku lakukan daripada mengetikkan kalimat demi kalimat yang tak berguna dan tanpa penyelesaian. Bahkan skripsi ku yang mentok di BAB 2 sekarang pun tidak lebih penting dari ini.
Aku harus bagaimana lagi? Meneriakimu dengan kalimat-kalimat cemburu jelaslah tidak mungkin. Mendiamkannya saja juga sudah cukup lelah. Aku tak pernah tahu harus bersikap seperti apa terhadap mu. Mungkin akan lebih baik jika kau tidak membahas wanita manapun di depan wajahku, berpura-puralah untuk tidak jatuh cinta dengannya. Setidaknya didepan ku saja. Didepan orang lain kau bebas mengekspresikan hati berbunga-bunga itu.
Sekarang pikiran ini melayang-layang, menciptakan beribu kemungkinan untuk bisa menenangkan hati yang tak bisa diam. Mata menatap langit-langit, mencari alasan-alasan agar bisa terlelap segera. Sebab, semakin lama ku terjaga semakin banyak juga keinginan untuk cepat-cepat meneriaki segala kecemburuan ini terhadapmu.