Hari ini dapat satu pelajaran dan pengalaman yang sangat bagus. Tentang cinta.
Tidak mau berpanjang-lebar, aku akan mengungkapkannya dengan singkat namun jelas. Kepala udah berat banget. Efek perubahan tekanan udara di pesawat antara Medan - Pekanbaru masih terasa sampai sekarang. Badan juga terasa berat, berat buat pindah; pengen bertahan di kota berplat BM ini lebih lama lagi lagi lagi. Err.
Jadi hari ini aku diajak Mama buat menghadiri salah satu pesta pernikahan anak temannya. Semula ogah banget. Tapi mendengar bakal nemu banyak makanan disana, aku langsung mengangguk mengiayakan ajakan mama. Selain emang gak punya rencana apa-apa di malam minggu, maybe ke pesta pernikahan adalah pilihan yang cerdas. Kali aja nemu jodoh yang sedang mencari jodohnya disana. Aku menatapnya, dia tersenyum. Aku tersenyum, dia balas menatap. Aiih.
Pernikahan kali ini di lakukan dengan adat jawa. Suara sinden yang mendominasi acara semula membuat ku merinding, tiba-tiba teringat dengan Lingsir Wengi yang katanya adalah lagu kuntilanak. But lama kelamaan aku mulai menikmati alunan-alunan nada yang dilantunkan si sinden, lullaby banget, jadi pengen tidur.
Kamu jangan membayangkan akan menemukan pasangan pengantin yang sempurna kali ini. Untuk pertama kalinya di sepanjang hidup ku nemu pasangan pengantin yang se-arbsurb ini. Acaranya, sindennya, bunga melati yang ditebar didekat singgasana pengantin, makanannya, semuanya benar-benar sempurna; kecuali pengantin.
Awalnya aku enggak ngeh kenapa para undangan ketawa kecil saat penganti
melangkahkan kakinya masuk ke gedung. Aku terlalu sibuk dengan
blackberry gemini ku, memeriksa recent update. Sampai akhirnya aku penasaran lalu
berdiri, melongok dan mendapatkan dua orang yang berbeda jauh sedang
berjalan dengan anggun diatas karpet merah. Pengantin pria berbadan
kurus, tinggi, hitam dan mempunyai gigi yang aku sebut dengan istilah
'tonggos'. Sedangkan pengantin wanita berbadan gemuk, pendek, putih, dan
cantik. Aku diam, diantara para bisikan ibu-ibu yang sudah pasti
serentak membicarakan dua orang pemeran utama hari ini. Belum lagi
katanya kalau si pengantin pria adalah seorang tukang las disalah satu
bengkel, sedangkan pengantin wanita merupakan anak orang kaya, sarjana.
Benar-benar bertolak belakang.
Sudah pasti banyak pro-kontra akan
pernikahan kedua mempelai ini. Secara logika, mungkin hal-hal seperti
ini tidak bisa di terima oleh akal sehat. Bagaimana bisa kedua orang
yang sangat bertolak belakang bisa bersatu? TANDA TANYA BESAR.
Aku
berusaha untuk tidak berpikiran negatif. Bagaimana pun juga kalau hati
dua manusia sudah terpaut, hal yang tak mungkin pun bisa menjadi
mungkin. Aku juga enggak ngejudge mereka, hanya saja sampai sekarang
penasaran bagaimana sejarahnya kenapa mereka berdua bisa bertemu. Pasti
ada alasan yang kuat dibalik semua itu. Yang kulakukan adalah bersorak
dalam hati, bertepuk tangan, dan hampir menangis saat sinden menyanyikan
lagu Shania Twain - From This Moment, ini benar-benar cinta sejati puji
ku. Ini nyata, ini bukan FTV.
Kesimpulannya, mungkin sekarang harus lebih rendah hati
lagi ya. Aku terkadang sering melihat orang lain dengan sebelah mata,
meremehkan mereka. Cenderung sombong, kata Mama. Tapi kalau ngelihat
pemandangan kayak tadi, rasanya aku bukanlah apa-apa dibanding mereka.
Lalu
aku juga harus mulai belajar, bahwa tidak semua hal harus menjadi
sempurna. Terkadang yang harus kita lakukan adalah membuatnya menjadi
sempurna walau tidak sempurna.
Ya, Nisa.
Kau harus mulai rendah hati lagi sekarang ya?
Janji?