Percayalah setiap manusia punya batasan. Batasan untuk marah, batasan untuk jengkel, batasan untuk muak bahkan batasan untuk berhenti. Seorang teman mengatakan, hingga tiba waktunya nanti akan ada masa dimana manusia mulai pasrah dengan derasnya aliran sungai yang membawanya. Manusia itu tidak akan lagi berusaha untuk berenang ke lain arah, ada batasannya. Alangkah lebih baik jika setiap manusia mulai sadar dengan batasan-batasannya sendiri; sehingga tidak membuat manusia lain kehabisan batasan. Tidak lagi mengurusi batasan manusia lain; tapi membenahi batasannya sendiri. Jika itu terpenuhi, berbahagialah hidup di bumi ini.
“Entah kenapa ketika mati lampu tempat tidur ini terlihat lebih luas dari biasanya”
Hari ini aku melihat kicauan mu lagi. Setelah sekian lama hilang seperti debu diterbangkan angin, kini cerewet mu bergema lagi di telingaku. Serta merta aku menekan option reply lalu mengetik cepat-cepat, “Mungkin karna aku tidak ada disitu HAHAHA” ‘hahaha’ kuselipkan diakhir kalimat agar tidak terlihat begitu canggung dan kaku dipercakapan pertama kita setelah sekian lama bungkam satu sama lain. Dipikiranku ingin menekan option ‘send’ namun tanganku memilih ‘discard’. Selalu seperti itu.
Aku memang tidak lagi punya keberanian untuk melakukan hal yang dulu bisa ku lakukan kepada mu, hatiku mulai rentan dan tua. Bahkan diumur yang baru beranjak kepala dua ini rasanya tak kuat lagi, seperti kaki-kaki para lansia yang dijadikan objek penelitian skripsi salah satu teman sekampusku. Nafasku juga tidak sekuat dulu lagi, tidak sepanjang dan sedalam ketika aku masih bisa menghela napas disela-sela lamanya balasan pesan singkatmu. Kini ku sudah ringkuh, sudah tak sanggup lagi. Yang ku lakukan hanya begitu, menekan reply lalu discard.
Setiap hari kita berada dalam timeline yang sama. Kau melihatku, aku melihatmu juga. Tapi kita seolah-olah tidak mengenal, seperti dua orang yang sebelumnya tidak pernah memulai percakapan ataupun kisah panjang… hanya dua orang asing. Dua orang asing yang tidak mau memutuskan pertemanan dunia maya yang sudah terjalin sejak dua tahun lalu; namun tak ingin menjalin percakapan dunia nyata.
Entah karna alasan apa, cuma diri kita yang tahu.