Vitamin C Bisa Memutihkan Kulit. Mitos atau Fakta?

10:40 pm

Seiring bertambahnya usia, terjadi perubahan-perubahan pada kulit manusia. Perubahan hormonal menyebabkan penuaan dari dalam sedangkan lingkungan luar seperti sinar UVA-UVB dan radikal bebas menyebabkan penuaan dari luar.




Penuaan dari dalam menyebabkan penipisan lapisan kulit, penurunan produksi kolagen pada jaringan ikat, dan menurunnya produksi kelenjar minyak. Hal tersebut menyebabkan kulit jadi terlihat lebih tipis, lebih pucat, lebih kering dan lebih keriput seiring berjalannya waktu.
Sinar UVA-UVB merupakan faktor terbesar penyumbang penuaan kulit dari luar karna menginduksi produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dikulit. ROS ini menyebabkan mutasi dan kerusakan pada kolagen. Selain itu radiasi sinar UV juga dapat memicu melanogenesis yang menghasilkan penggelapan dan pembentukan pigmen kulit.


Vitamin C (asam askorbat) adalah salah satu dari empat bahan terpenting produk perawatan kulit. Selain berguna untuk kesehatan kulit, vitamin c juga dapat membantu pertumbuhan tulang, membentuk sel baru pada tubuh dan juga menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Vitamin C tidak diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, sehingga kita membutuhkan asupan vitamin c dari luar.

Peran Vitamin C Pada Kulit

Jika dikonsumsi secara oral, kerja vitamin c untuk kulit tidak terlalu efektif. Hal ini terjadi karena vitamin c dengan dosis > 1 gram dikonsumsi oral maka penyerapannya di usus hanya < 50%, sisanya di ekskresi melalui urin. Sehingga sediaan vitamin c yang paling direkomendasikan untuk masalah kulit adalah secara topikal.  
Vitamin C topikal terbukti dapat meningkatkan produksi kolagen (paling baik diserap pada PH 2.0), menghambat tyrosinase (enzim yang membantu pembentukan melanin), mencegah photodamage, mengobati melasma; striae alba; kemerahan pada kulit pasca tindakan laser dan juga diklaim sebagai salah satu antioksidan radikal bebas kuat. Jika digunakan secara teratur, vitamin c topikal dapat mencegah penuaan dini.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nusgens et al. tahun 2001 pada 10 orang perempuan pascamenopause menemukan bahwa penggunaan asam L-askorbat  5% topikal secara rutin meningkatkan kadar kolagen pada kulit. Hanya saja kekurangannya adalah, sediaan vitamin c topikal tidak stabil jika terkena cahaya, sehingga jika vitamin c topikal anda sudah melewati masa 6 bulan setelah dibuka disarankan untuk membuang produk karna rawan oksidasi.
Sebagian besar vitamin c topikal aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu yang lama. Bahkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa vitamin c sangat baik jika dikombinasikan dengan agen anti aging lainnya seperti sunscreen, tretinoin (derivat vitamin A), serta asam glikolat yang sering digunakan sebagai agen chemical exfoilator. Namun penggunaan asam askorbat dengan tretinoin dan asam glikolat harus diperhatikan karna dapat menyebabkan iritasi dan kekeringan pada kulit. Sehingga jika pun ingin mengkombinasikan dua zat ini disarankan untuk tidak menggunakannya secara bersamaan. Contoh jika kamu menggunakan asam askorbat di pagi hari, lebih baik kamu menggunakan tretinoin atau asam glikolat pada malam hari. Penggunaan asam askorbat pada pagi hari sangat membutuhkan kombinasi dengan sunscreen mengingat bahwa sifat vitamin c yang antioksidan kuat sedangkan UVA dan UVB adalah agen radikal bebas.

Suntik Vitamin C, aman kah?



Karna penggunaan vitamin c oral dan topikal masih memiliki banyak kelemahan, seringkali injeksi vitamin c secara intravena dijadikan opsi lain dalam merawat kesehatan tubuh terutama kulit. Selain mendapatkan hasil yang lebih cepat dari oral dan topikal, suntikan vitamin c secara intravena juga dipercaya lebih efektif dan praktis.

Namun, apakah vitamin c secara intravena betul-betul aman jika digunakan dalam jangka panjang?

Keith Ong, seorang dokter di Pacific Healthcare Holdings Singapura melakukan percobaan mengenai efek suntikan intravena vitamin c dan glutathione pada kulit 283 pasien. Glutathione adalah salah satu antioksidan yang diklaim paling baik.
Dalam penelitian tersebut, Keith Ong menyuntikkan 2 gram vitamin c dan 600 mg glutathione pada 283 pasien selama 6 minggu. Jarak penyuntikan setiap pasien 7-10 hari persuntikan. Pada minggu ke 6 percobaan, terdapat 270 pasien yang melaporkan perbaikan pada kulit mereka. Pasien mengaku bahwa kulit mereka lebih lembab dan lebih cerah dibandingkan ketika pertama kali melakukan suntikan intravena vitamin c dan glutathione.
Dari 283 pasien, tiga diantaranya mengeluhkan gastritis (radang lambung) ringan, dua mengeluh menggigil, dan dua mengeluh sakit kepala. Untuk saat ini menurut beberapa jurnal dan penelitian, injeksi glutathione intravena tidak memiliki efek samping jika digunakan dalam jangka pendek. 
Namun efek samping penggunaan glutathione jangka panjang belum dapat dipastikan aman.
Sedangkan injeksi vitamin c masih aman jika tidak dilakukan pada orang yang mengalami defisiensi glukosa-6-fosfat dehydrogenase (G6PD) dan gagal ginjal kronis. Dosis vitamin c yang dapat ditoleransi menurut rekomendasi RDA (Recommended Dietary Allowances) adalah 2000 mg/hari.  
Penggunaan vitamin c dosis tinggi dapat meningkatkan resiko pembentukan batu pada ginjal. Penelitian dilakukan oleh Thomas et al pada pria 23.355 swedia yang mengkonsumsi vitamin c oral dosis tinggi selama 10 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa asam askorbat dosis tinggi meningkatkan resiko pembentukan batu ginjal 2 kali lipat. Namun dalam penelitian ini Thomas tidak menjelaskan bagaimana efek yang terjadi pada wanita, karena pria secara intrinsik memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami gangguan ginjal.

Sebelum kamu memutuskan untuk menjalani serangkaian perawatan kulit menggunakan injeksi vitamin c intravena, pastikan dulu kalau kamu sudah mengerti efek samping dan keuntungannya. Lakukan penyuntikan vitamin c atau suplemen lainnya di dokter yang terlatih. Jangan pernah berpikir untuk melakukan suntikan sendiri atau oleh tenaga tidak terlatih. 

Referensi :

Al-Niaimi, Firas., Chiang, Nicole Yi Zhen. Topical Vitamin C and The Skin : Mechanisms of Action and Clinical Applications. J Clin Aesthet Dermatol. 2017 Jul; 10(7): 14 - 17

Baumann, Leslie MD. Vitamin C. Dermatology News MDedge Network. 2016

Ong, Keith. Skin Hydrating and Whitening Effect of Vitamin C and Gluthatione in Asian Skin Types. International Journal of Aesthetic and Anti Ageing Medicine. 2015

Telang, Pumori Saokar. Vitamin C in Dermatology. Indian Dermatol Online J. 2013 Apr-Jun; 4(2): 143-146

You Might Also Like

0 comments

"...ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk"
--Efesus 3:5b

Subscribe